Posisi Dan Sikap Kerja

Manusia di muka bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Mungkin kita beranggapan keberhasilan pekerjaan hanya dinilai dari produktivitas, di sisi lain melupakan tingkat kelelahan atau risiko lainnya pasca melakukan pekerjaan agar siap untuk pekerjaan berikutnya. Mari kita mempelajari bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang maksimal.
Menurut Anies (2005), sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah dan kekuatan.

Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Namun dari sudut tulang lebih baik tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu, dianjurkan memiliki sikap duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. Arah penglihatan untuk pekerjaan yang berdiri adalah 23 –

37 derajat ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32 – 44 derajat ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat, sehingga tidak mudah lelah (Anies, 2005).

Gerakan ritmis seperti memutar roda, mengayuh, mendayung, memerlukan frekuensi optimal, yaitu 60x per menit. Beban tambahan akibat lingkungan harus di tekan sekecil mungkin. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi kerja menjadi 30 per menit di atas bilangan nadi istirahat. Sementara nadi kerja tersebut tidak terus menanjak dan sehabis bekerja pulih kembali pada nadi istirahat setelah kurang lebih 15 menit. Kemampuan seseorang bekerja sehari adalah 8–10 jam. Lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun. Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan motivasi, iklim kerja yang baik.

Menurut Anies (2005) yang dikutip oleh Sinambela (2006) ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian.

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.

3. Tempat duduk yang dibuat harus sedemikian rupa sehingga tidak membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada tubuh (paha).

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.

Suyatno (1985) mengatakan bahwa sikap anggota badan yang dapat menghasilkan kekuatan terbesar pada gerakan tertentu tercatat seperti berikut, putaran ke dalam dari telapak tangan paling berkekuatan kalau telapak itu awalnya dalam keadaan mengilir keluar maksimal (supinasi), putaran keluar dari telapak tangan paling berkekuatan kalau diawali oleh telapak yang mengilir ke dalam maksimal (pronasi), pelurusan siku paling berkekuatan kalau diawali dengan posisi menekuk penuh; tekukan

siku (dengan tangan terbuka) paling kuat pada sudut 900 (efek ungkit), jika sedang

duduk dan mendorong dengan tangan kekuatan bisa paling besar pada siku yang dan dengan genggaman tangan yang berjarak sekitar 70 cm dari sandaran punggung.

Menurut Nurmianto (1996), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteritik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

2. Berkaitan dengan sikap kerja

a. Kerja otot statis sedikit

b. Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan, mudah dan alamiah

c. Muskuler effort kecil dapat dipertahankan

d. Sikap kerja berubah/dinamis lebih baik dari pada sikap statis tegang

2) Perbandingan sikap kerja duduk dan berdiri ditinjau dari epidemiologi

a. Pada pekerja dengan sikap duduk, risiko meningkatnya kanker usus 1,6 – 4,0 kali lebih besar dari pada sikap kerja berdiri

b. Fungsi paru (VC : FeV) menurun pada sikap duduk

c. Sikap duduk sering terjadi trombosis vena dalam

d. Venus return lebih besar/baik sikap berdiri dari pada sikap duduk

e. Berdiri terlalu lama dapat meningkatkan volume tungkai 2 – 5%, karena edema

f. Duduk terlalu lama menyebabkan vericosa vena

3) Kekurangan kerja statis

· Memerlukan tenaga/energi yang lebih tinggi, pada kerja yang sama

· Denyut nadi meningkat lebih tinggi & cepat lelah

· Otot memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama

4) Tujuh prinsip dasar mengatasi sikap tubuh (Pheasant ’86)

· Cegah inklinasi kedepan pada leher dan kepala

· Cegah inklinasi kedepan pada tubuh

· Cegah penggunaan anggota gerak bagian atas, dalam keadaan terangkat

· Cegah pemutaran badan dalam sikap asimetris (terpilin/twisting)

· Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximum

· Sediakan sandaran punggung & pinggang (waist) pada semua tempat duduk

· Jika menggunakan otot hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan kekuatan maximum

5) Kasus umum yang berkaitan dengan sikap kerja

· Leher dan kepala inklinasi ke depan karena medan display terlalu rendah dan objek terlalu kecil

· Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek diluar medan jangkauan

· Lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi pada muskulus trapesius dan levator pada skapula seratus anterior, m. deltoid dan supra spinator bisep. Ketentuan bahu terangkat dan terabduksi, jangan melebihi 60 derajad

· Pada sikap asimetris terjadi perbedaan beban pada kedua sisi tulang belakang.

6) Kelainan bentuk pada posisi tubuh (Postural deformitas), yang disebabkan oleh sikap yang salah antara lain

· Pada posisi asimetris terjadi Lordosis & Khiposis berat, contoh pada penjahit, masinis, dokter gigi, dokter bedah, pelukis, pematung, dll

· Orang yang bodinya tinggi, risiko kelainan vertebrae lebih besar.

7) Sikap kerja saat mengangkat/mengangkut, hal yang perlu diperhatikan antara lain Risiko cedera :

· Risiko over exertion (meregang terlalu keras)

· Risiko kerusakan kumulatif

8) Load Momant artinya : Terjadinya risiko berbanding lurus dengan beban yang diangkat (beratnya) dan jarak antara beban dengan beban.

9) Peningkatan risiko berbanding lurus dengan peningkatan jarak antara badan dengan beban, karena:

· Pembebanan pada tulang belakang dan otot meningkat

· Kekuatan mengangkut menurun

· Tubuh kehilangan kontrol/keseimbangan

· Terjadi refleksi pada vertebrae

10) Beberapa sikap kerja yang umumnya dipakai, dengan kelebihan dan kekurangannya antara lain

Berdiri seimbang ditandai dengan :

· garis vertikal berada dalam bidang tumpuan

· gaya pada masing-masing sendi = 0

· keseimbangan tergantung pada tinggi pusat gaya berat & besarnya bidang tumpuan

· simetris : kedua tungkai bebannya sama

· asimetris : kedua tungkai beban tidak sama

Jika berdiri tegang, paling efisien dalam hal

· kebutuhan energinya peling sedikit, kadang-kadang = BMR

Centre of gravity saat berdiri tegak, sedikit dibawah pusar

Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Duduk memerlukan sedikit energy daripada berdiri, karena hal itu mengurangi banyaknya beban otot kaki.

· Fleksi lutut : 90 derajat

· Fleksi badan – paha : 90 derajad

· Rotasi ke belakang pelvis lebih besar atau sama dengan 30 derajad

Pada saat duduk terjadi hal-hal

· terjadi deformitas discus inter vertebralis

· terjadi peningkatan ketegangan pada annulus

· terjadi peningkatan ketegangan pd nukleus.

· Anderson (’74), tekanan intra discus meningkat 40% dari pada berdiri.

· Tekanan pada discus = tekanan osmotik nukleus.

· Peningkatan tekanan pada diskus karena proses dehidrasi.

· Penurunan tekanan pada diskus saat rehidrasi diskus.

Tekanan intra diskus dipengaruhi oleh :

· Ketegangan otot bagian belakang

Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan pada saat berdiri ataupun berbaring. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat syaraf belakang daripada sikap duduk yang condong ke depan.

Selain akibat diatas, bekerja sambil duduk dapat menyebabkan :

c. Tidak baik bagi alat-alat dalam, khususnya peralatan pencernaan jika posisi duduk dilakukan secara membungkuk

d. Keluhan sakit pada punggung bagian bawah (law back pain)

Keluhan-keluhan yang sering muncul berkaitan dengan ketidaktepatan kursi yang dipakai anatar lain :

5. Keluhan lengan dan tangan

· Jika berbaring lordosis dipertahankan

· Posisi yang paling baik adalah “semi Fowler” yaitu berbaring dengan paha dan lutut 450

· Otot perut (Illiopsus) relaks

· Bantal, menjadikan kepala & leher netral. Bantal bulu/kapuk lebih baik dari pada spon

Posisi : lutut fleksi max, paha, badan fleksi max dan lumbal juga fleksi max.

Menurut HR Farnil (’75) menyatakan jongkok lebih baik, karena :

· Orang Afrika & Oriental yang lebih banyak jongkok dalam melakukan aktivitasnya, terhindar dari sakit pinggang

· Dapat membantu pengosongan usus besar

Prinsip kerja secara Ergonomis, agar terhindar dari cedera

1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dukurangi/dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.

2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip ergonomi.

3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila payah harus istirahat (jangan dipaksa) dan bla lapar/haus harus makan/minum (jangan ditahan).

4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah max. yang diperbolehkan.

Istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya, dan ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan. Ergonomic berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomic adalah penerapan ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi. Untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaatnya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja.

Ergonomic merupakan ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal mungkin. Ergonomic merupakan pertemuan dari berbagai ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, hygiene perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja dan cybernetrica, namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya.

Penerapan ergonomic pada umumnya merupakan rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja, bangku kerja, kursi, pegangan alat kerja, sistem pengendali, alat peraga, jalan/lorong, pintu, jendela, dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal tersebut, adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja, karena jika system perangkat keras berubah, maka akan berubah pula lingkungan kerjanya. Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja.

Dalam perancangan peralatan kerja dapat digunakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain :

a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara manusia melayani mesin (macam gerak dan kekuatan)

b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara tenaga kerja yang lebih kecil. Misalnya, kursi dapat dinaikturunkan, tempat duduk dapat disetel maju mundur.

c. Ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri :

3. Panjang lengan bawah dan tangan

4. Jarak lekuk lutut – garis pinggang

5. Jarak lekuk lutut – telapak

d. Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan pada sudut tulang dinasehatkan duduk tegak. Agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas, maka dianjurkan pemilihan sikap duduk yang tegak yang baik diselingi istirahat sedikit membungkuk.

e. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.

2. Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.

3. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm

f. Pekerjaan yang berdiri sedikit mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal ini tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

g. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27º ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk º ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (rileks).

h. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

i. Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sehingga gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki-kaki dan lengan.

j. Gerakan ritmis seperti melayang, mengayuh pedal, memutar roda memerlukan frekuensi paling optimum, yang menggunakan tenaga paling sedikit. Misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan masih ringan.

k. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun.

l. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas dasar pertimbangan ergonomi, harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja, istirahat oleh turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian.

m. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil- kecilnya.

n. Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan yang baik

o. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit di atas bilangan nadi istirahat, sedangkan nadi kerja tersebut tidak harus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali kepada nadi istirahat sesudah kurang 15 menit

3. Faktor Manusia Dalam ergonomic

Sasaran ergonomic adalah tenaga kerja baik pada sector modern maupun pada sector tradisional dan informal. Pada sector modern, penerapan ergonomic dalam bentuk pengaturan sikap, tata kerja dan perencanaan kerja yang tepat adalah syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi.

Dalam ergonomic factor manusia merupakan factor yang sangat menentukan, sebab tanpa adanya kemauan dan keinginan manusia sendiri untuk menerapkan cara-cara kerja yang ergonomis, maka tujuan ergonomic sendiri tidak akan tercapai.

a. Faktor manusia sebagai sumber daya

Indonesia sebagai Negara berkembang masih banyak membutuhkan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu, sehingga perlu diperhatikan norma-norma mengenai kemampuan kerja maksimal manusia yang secara fisiologis telah ditentukan bahwa perbebanan manusia tidak lebih dari 30% daripada tenaga maksimal untuk bekerja selama 8 jam per hari. Beban yang terlalu besar dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja sehingga perlu pengaturan jam kerja dan waktu istirahat

b. Manusia sebagai information processor

Dengan adanya mesin-mesin yang dapat menggantikan tenaga manusia dengan lebih baik dan lebih efisien, maka tenaga manusia akan menjadi operator mesin yang tentunya akan memberikan pengaruh terhadap manusia sendiri, maka yang harus diperhatikan adalah :

1. Perlunya ketrampilan tenaga kerja yang lebih baik

2. Mudahnya timbul kebosanan operator

3. Banyak factor yang mempengaruhi hubungan manusia mesin

c. Manusia sebagai bagian dari suatu system

Dalam melaksanakan pekerjaannya manusia tidak akan terlepas atau sangat dipengaruhi system lingkungan, baik lingkungan umum maupun lingkungan kerjanya sendiri. Kurangnya perasaan nyaman, aman dan terhindar dari rasa takut dan was-was sehingga produktivitas meningkat

d. Manusia sebagai suatu system

Untuk dapat mengetahui dan memahami apa dan bagaimana sebenarnya ergonomic tersebut, maka harus diketahui bahwa tubuh manusia adalah merupakan satu system yang utuh yang terdiri dari berbagai subsistem yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan memberikan kekhususan tertentu terhadap manusia

Pertumbuhan dan perkembangan teknologi menyebabkan timbulnya hubungan yang sangat erat antara manusia sebagai tenaga kerja dan mesin sebagai alat yang harus dikendalikannya yang kadang-kadang harus menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah bagaimana membuat atau menciptakan hubungan ini sebagai suatu relasi timbal balik yang selaras, serasi dan seimbang

Istilah antropometri berasal dari kata antro yang artinya manusia dan metri yang artinya ukuran. Secara definisi antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan megoperasikan atau menggunakan produk tersebut.

Antropometri adalah kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia. Ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapannya dari data tersebut untuk penerapan desain. Penerapan data ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal.

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa factor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan factor-faktor tersebut, antara lain :

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur, yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur 20 tahun.

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar disbanding dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh seperti pinggul, payudara dan sebagainya.

Seriap suku, bangsa ataupun etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

Sikap (postur) ataupun posisi tubuh yang berpengaruh terhadap ukuran tubuh, oleh sebab itu posisi tubuh standar harus harus diterapkan untuk survey pengukuran

Pengukuran antropometri tidak hanya dilakukan saatu tubuh dalam kondisi diam atau statis tetapi juga dilakukan saat tubuh memulai gerakan. Dari pengukuran dihasilkan dua jenis antropometri, yaitu data structural yang merupakan data antropometri pada saat tubuh dalam kondisi diam antara lain badan, posisi berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya. Data ini digunakan antara lain untuk menentukan luas area kerja dalam melakukan pekerjaannya.

Keselarasan antara berbagai ukuran tubuh dan bagiannya dengan ukuran alat kerja diharapkan tercapainya optimasi dan efisiensi kerja secara maksimal, karena ukuran manusia tidak dapat dirubah, sehingga alat kerja dan ruangan kerja yang menyesuaikan bermacam ukuran tubuh manusia. Dalam ergonomic, sebelum membuat berbagai peralatan kerja semestinya sudah diketahui mengenai antropometri tenaga kerja untuk mempersiapkan dan merancang alat serta ruang kerja yang ergonomis.

3. Aplikasi Dari Antropometri Dalam Rancangan Produk Atau Fasilitas Kerja

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk atau fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan serta produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh amnesia yang akan mengoperasikannya, maka rancangan produk harus bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu :

a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas populasi yang ada)

Perancangan kursi kerja harus diakitkan dengan jenis pekerjaan, postur yang diakibatkan gaya yang dibutuhkan, arah visual dan kebutuhan akan perlunya merubah posisi (postur). Kursi tersebut haruslah terintegrasi dengan bangku atau meja yang sering digunakan.

Kursi untuk kerja dengan posisin duduk adalah dirancang dengan metode “floor-up” yaitu yang berawal dari permukaan lantai untuk menghindari adanya tekanan dari bawah paha, diharapkan untuk tidak memasang sandaran kaki yang juga akan mengganggu ruang kerja kaki dan mengurangi fleksibilitas postur atau posisi. Setelah ketinggian kursi didapat barulah menentukan ketinggian meja kursi yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut.

Adapun criteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut :

Diharapkan kursi mempunyai 4 atau 5 kaki untuk menghindari ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima hendaknya dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Adapun kursi dengan kaki gelinding (roller – feet) sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet, karena akan terlalu bebas atau mudah menggelinding pada Vynil

Kursi meja harus dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat. Kursi meja tidak boleh dirancang pada populasi dengan percentile kecil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban

Ketinggian kursi kerja hendaknya mudah diatur pada saat kita duduk tanpa harus turun dari kursi

Sandaran punggung penting untuk menahan beban punggung kea rah belakang (lumber spine). Hal itu haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik turun maupun maju mundur. Selain itu pula dapat diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan punggung

Bentuk tempat duduk boleh menghambat berbagai macam alternative perubahan postur atau posisi

Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang cukup lunak

Kedalaman kursi (depan belakang) haruslah sesuai dengan dimensi panjang antara lipat lutut dan pantat, dengan antropometri 5 percentil haruslah dapat menggunakan dan merasakan manfaat adanya sandaran punggung

Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 percentil populasi

Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita 5 percentil populasi, jika terlalu lebar akan mempengaruhi kebebasan gerak siku

Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digunakan naik turun

Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang ergonomis perlu dibuat atau ditentukan criteria dan ukuran baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia.

Penerapan ergonomic dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomic dalam bekerja. Dengan sikap yang ergonomi ini diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam posisi duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami seperti gerakan tiba-tiba harus dihindarkan, apabila hal ini tidak mungkin hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut (Siswanto, 1995:20).

Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi:

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan cm. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki.

Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis punggung.

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah cm.

Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari pinggul dan tidak melebihi lebar bahu).

Tinggi Sandaran adalah setinggi siku

Panjang sandaran tangan : sepanjang lengan bawah. Ukuran yang dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: cm. Tinggi san daran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan : 21 cm.

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang dapat diatur.

Selain kursi yang ergonomi dapat pula kursi yang non ergonomi. Adapun kriteria kursi yang non ergonomi adalah:

a. Kursi yang terlalu panjang dapat menyebabkan pekerja duduk maju kedepan sehingga yang bersangkutan tidak dapat memanfaatkan sandaran pinggang.

b. Kursi yang terlalu dan tidak dilengakapi dengan sandaran kaki dapat menyebabkan sandaran pinggang tidak dapat dimanfaatkan oleh pekerja karena ia harus duduk maju ke depan agar dapat melakukan pekerjaan. Ruang antara alas duduk dan tepi bawah meja terlalu sempit sehingga menyebabkan paha pekerja tertekan.

c. Sandaran pinggang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan bahu dan lengan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman (Siswanto, 1995:25).

Kriteria : tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja.

Pada pekerjaan-pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja adalah cm lebih tinggi dari siku

Pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja adalah cm lebih rendah dari tinggi siku

Tinggi meja adalah cm diukur dari permukaan daun meja sampai ke lantai

Kriteria : tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak pada kaki

Kriteria : rata dan tidak menyilaukan

Diukur dari pemakai kea rah depan

Kriteria : tidak melebihi jarak jangkauan tangan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Pada susunan saraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individi, tetpai semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Gejala kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi % dari tenaga aerobic maksimal.

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan, dan gizi. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan tidak segera diatasi dan pekerja dipakasa untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin parah dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Kelelahan sama halnya dengan keadaan lapar dan haus sebagai suatu mekanisme untuk mendukung kehidupan.

Di samping kelelahan otot dan kelelahan umum, Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan kelelahan ke dalam 7 bagian yaitu :

1. Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata

2. Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan

3. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual

4. Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan

5. Pekerjaan yang bersifat monoton

6. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang

7. Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai periode tidur yang baru.

Sampai saat ini masih berlaku dua teroi tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat. Teori kimia menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energy dan meningkatnya sisa metabolism sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Suma’mur menyatakan bahwa produktivitas mulai menurun setelah empat jam bekerja terus menerus (apapun jenis pekerjaannya) yang disebabkan oleh menurunnya kadar gula di dalam darah. Itulah sebabnya istirahat sangat diperlukan minimal setengah jam setelah empat jam bekerja terus menerus agar pekerja memperoleh kesempatan untuk makan dan menambah energy yang diperlukan tubuh untuk bekerja.
Teori syaraf pusat menjelaskan bahwa bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi menyebabkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang dan menyebabkan menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi otot serta gerakan atas perintah menjadi lambat. Sehingga semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi seseorang.

Penyebab kelelahan atau keletihan antara lain :

1. Aktivitas kerja fisik : pekerja merasakan berat di kepala dan lelah di seluruh badan

2. Aktivitas kerja mental : pikiran pekerja kacau dan mengantuk

3. Stasiun kerja tidak ergonomis : pekerja mengeluh pegal-pegal di punggungnya karena sering membungkuk dalam waktu yang lama

5. Kerja statis : pekerja mengeluh pada bagian tangannya merasa sakit karena kerjanya terus-menerus dan tidak disela dengan istirahat dalam waktu yang lama

6. Kerja bersifat monotomi

7. Lingkungan kerja ekstrim

9. Kebutuhan kalori kurang : pekerja merasa cepat capek dan usaha yang dilakukan tidak maksimal

10. Waktu kerja-istirahat tidak tepat

Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain:

a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

b. Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll

d. Problem fisik : tanggung jawab, kekawatiran konflik

e. Kenyerian dan kondisi kesehatan

1. Motivasi kerja : pekerja merasa sulit untuk berpikir tengang rencana kerjanya

3. Kualitas kerja rendah : hasil kerja yang dicapai oleh pekerja tidak maksimal

4. Banyak terjadi kelelahan : pekerja banyak yang mengeluh kelelahan karena beban kerja yang begitu berat

5. Stress akibat kerja : pekerja mengeluhkan tekanan kerja berupa tekanan dari atasan

7. Terjadi kecelakaan akibat kerja, dll.

Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan atau keletihan antara lain :

Agar dapat menangani kelelahan dengan tepat, maka kita harus mengetahui apa yang terjadinya kelelahan. Berikut ini akan diuraiakan secara skematis antara factor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah.

Pengukuran Kelelahan atau keletihan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukiran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indicator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.

1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan pada hal ini kelelahan dapat diukur dengan aktivitas yang dilakukan, berta ringannya kerja dan berpa banyak tenaga yang dilakukan untuk melakukan aktivitas tersebut.

2. Uji psikomotor (psikomotor test)

Hubungan dengan ergonomi adalah jika seseorang kerja dan keletihan maka cara kerjanya seseorang akan berkurang dan kurang efisien oleh sebab itu seseorang dalam bekerja harus disesuaikan dengan keadaan fisik agar bisa bekerja dengan baik sehingga tingkat keletihan dalam bekerja akan berkurang. dan dapat kepuasan kerja yang maksimal. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.

Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :

d. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian Anthropometri, berkaitan dengan ukuran/ dimensi tubuh

f. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.

g. Desain, dll, Pelatihan Ergonomi Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.

3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik :

1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat. Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi tenaga kerja terutama bagi pekerja kasar misalnya adalah merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.