Penggunaan Teknologi 5G Sudah Di Depan Mata

Menkominfo Rudiantara saat memberikan Uji Coba Teknologi 5G di Jakarta, Rabu (21/8/2019). Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Suwarso

* Kamis, 26 September 2019 | 02:04 WIB
* Oleh : Administrator

Teknologi berbasis 5G itu secara kasat mata mampu meningkatkan efisiensi waktu, meminimalkan kecelakaan kerja dan meningkatkan akurasi dan kualitas produk.

Penggunaan teknologi generasi kelima, 5G, di negeri ini bukan sesuatu yang mimpi. Indonesia bisa dikatakan termasuk maju dalam konteks implementasi teknologi tersebut untuk mendukung industri 4.0 yang kini cukup gencar digaungkan,

Bahkan, implementasi penggunaan teknologi 5G ini sudah mulai dipraktekkan dalam contoh riil. Adalah PT Sinar Mas Agro Resources and Technology yang mulai mempraktekkan penggunaan teknologi itu di kawasan industrinya di Marunda, Senin (19/8/2019).

Dalam uji coba itu, teknologi 5G terlihat mampu melakukan banyak pekerjaan manusia lewat robot yang dikontrolnya, terutama di jalur logistik pengiriman barang. Di area pabrik yang luas itu dipasang 360 kamera yang terkoneksi dengan jaringan 5G ke headset VR (virtual reality).

Uji coba penggunaan teknologi 5G itu bisa terlaksana karena adanya kerja sama antara PT Smartfren dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), yang di-support vendor dari Cina, ZTE, mempraktekkan kelebihan 5G dalam mendukung industri 4.0 yang semuanya berbasis digital.

Teknologi berbasis 5G itu secara kasat mata mampu meningkatkan efisiensi waktu, meminimalkan kecelakaan kerja dan meningkatkan akurasi dan kualitas produk sehingga mampu meningkatkan daya saing.

Kesemuanya dengan memenghadirkan infrastruktur jaringan internet pita lebar, stabil dan cakupan luas. “Proyek uji coba ini merupakan bagian dukungan grup kami menuju “Indonesia Unggul” sesuai tema Kemerdekaan RI,” kata Presiden Direktur PT Smartfren Merza Fachys.

Dari demo itu terlihat jalur logistik itu bebas dari manusia, semua gerak diatur dari jauh dan ketika ada masalah, sebuah drone mencari lokasi yang bermasalah, baru dilakukan perbaikan. Tidak masalah ketika operator berada jauh dari lokasi, bahkan cakupan kontrolnya bisa beberapa kota dalam satu kendali.

Menurut CEO PT Smart, Downstream Indonesia, Budiono Mulyono, tiadanya manusia di jalur logistik dengan kendaraan tanpa sopir yang berseliweran di pabrik sudah pasti menekan angka kecelakaan kerja kalau tidak mau disebut zero accident, nol kecelakaan.

“Teknologi 5G membuka banyak peluang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui proses otomasi dan pemantauan sewaktu (real time).”\

Sebelum Smartfren melakukan uji coba di kawasan industri di Marunda, operator Telkomsel juga sudah melakukan uji coba 5G itu di ajang Asian Games 2018. Begitu juga dengan XL Axiata di Kota Tua Jakarta.

Dalam kesempatan ajang Asian Games beberapa waktu lalu, Telkomsel mendemonstrasikan sebuah kendaraan yang berjalan tanpa sopir (autonomous vechicle), sementara XL memperlihatkan grafik-grafik kecepatan dan kapasitas tinggi yang dipancarkan oleh 5G.

Pinjaman Gratis

Sama dengan operator lain yang sudah melakukan uji coba, Smartfren memanfaatkan 2X400 MHz di spektrum 28GHz yang merupakan milimeterband pinjaman gratis dari Kominfo yang bisa digunakan untuk uji coba selama setahun.

Teknologi 5G memang memerlukan pita frekuensi yang sangat lebar sehingga kapasitasnya tinggi, bisa didapat dari spektrum 26GHz, 28 GHz, 35 GHz dan 38 GHz.

Sesuai sifatnya yang makin tinggi cakupannya makin sempit, cakupan pita lebar 28GHz hanya sekitar radius 70 meter sampai 80 meter tetapi mampu menghadirkan internet kecepatan sangat tinggi dengan latensi, interval waktu, sangat rendah. Sementara sebagai perbandingan, cakupan spektrum 2,1 GHZ mencapai radius 5 kilometer.

Teknologi 5G sangat cocok untuk industri yang semuanya kelak dikendalikan secara digital, dan sedikitnya mampu menghadirkan kecepatan sampai 10 GBPS. Uji coba di Smart Marunda, frekuensi yang digunakan mampu menghadirkan kecepatan sampai 8,7 GBPS yang sangat cukup untuk mengendalikan jaringan logistik di satu pabrik.

Semua operator seluler, kecuali Tri Indonesia, sudah melakukan uji coba meskipun Indosat melakukannya di ruang tertutup dengan alasan induknya, Ooredoo, sudah melakukan secara lengkap.

Umumnya industri siap untuk memberi layanan 5G, namun hanya ditujukan untuk korporasi dan bukan untuk ritel misalnya untuk WA dan medsos karena tarifnya menjadi sangat mahal.

Pemerintah masih belum menentukan di spektrum mana 5G akan digelar secara komersial, dan berapa besar harga yang harus dibayar oleh operator untuk mendapat spektrum tersebut. Tidak bisa menjadi perbandingan, namun ketika Telkomsel memenangi tender 30 MHz di spektrum 2,3GHz, mereka harus membayar lebih dari satu triliun rupiah.

Jika dihitung termasuk biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan fee awal (upfront fee), anak perusahaan PT Telkom itu mengeluarkan uang di tahun pertama sekitaran tiga triliun rupiah.

Menjadi tanda tanya besar, berapa biaya yang harus dikeluarkan operator untuk mendapat 2X400 MHz seperti yang digunakan Smartfren untuk uji coba di Marunda?

Namun, diyakini implementasi teknologi 5G bukan sesuatu yang tidak mungkin, dan bahkan bisa dikatakan murah, bila ada komitmen bersama semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah, bila itu semua dilihat sebagai komitmen bersama untuk kemajuan bangsa ini di masa datang. (F-1)

Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber Indonesia.go.id