Jenisjenis Pricing Contohnya Greeninme

JENIS-JENIS PRICING & CONTOHNYA

_ A. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan

SKIMMING PRICING

Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat.
Contoh : Nokia N-70
Pada tahun 2005, Nokia mengeluarkan tipe NSeries, salah satunya ialah Nokia N-70. Ponsel smartphone ini berorientasi pada games dan musik, serta memiliki aplikasi 3G, dimana pada saat itu terbilang cukup baru. Berdasarkan pengalaman saya ketika membelinya (pada waktu SMA), harga awal yang ditawarkan pada saat itu cukup tinggi, yaitu sekitar Rp 3.800.000-an. Penjualan N-70 ini cukup besar di Indonesia, terlihat dari pemakaian masyarakat yang sering saya temui saat berjalan-jalan. Tidak jauh-jauh, ketika saya membelinya, teman-teman sekelas saya pun ikut membelinya.

Tetapi popularitas N-70 semakin menurun seiring berkembangnya teknologi dan muncul banyak pesaing, salah satunya pada saat itu muncul ponsel Sony Walkman Series (W800i) yang booming di pasar dan menyebabkan harga N-70 ini jatuh. Lambat laun harga menurun menjadi 2juta sampai 1juta-an.

PENETRATION PRICING

Strategi harga penetrasi ialah dimana perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah, dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat.
Contoh : Operator Seluler 3
Pada awal operator ini diluncurkan, promo yang dilakukan terbilang besar-besaran dan murah. Ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat dengan promo murahnya yang gencar dipromosikan, baik dari media televisi, koran, papan iklan, dan sebagainya.

Salah satu promo 3 yaitu “Isi ulang dapet 3x lipat”, dimana pelanggan bisa mendapatkan tiga kali lipat jumlah pulsa setiap isi ulang berupa 1x pulsa utama ke semua operator dan bonus pulsa 2x lipat ke sesama pengguna 3. Jadi setiap isi ulang Rp 10.000, pelanggan akan mendapatkan pulsa Rp 30.000 (Rp 10.000 ke semua operator, Rp 20.000 ke sesama 3).

PRESTIGE PRICING

Strategi dimana menetapkan harga yang tinggi demi membentuk image kualitas produk yang tinggi dan umumnya dipakai untuk produk shopping dan specialty.
Contoh: Harley Davidson
Berdasarkan website resmi perusahaan Harley Davidson Indonesia, harga pada katalog motor, spare part, dan aksesori-nya sangat mahal dan hanya menjangkau untuk target pasar dalam kalangan konsumen menengah atas atau tertentu saja. Boleh dibilang, hanya mereka yang fanatiklah yang memiliki motor ini, mengingat harga dan biaya perawatannya sangat mahal. Para pelanggan Harley-Davidson bukan hanya memperoleh kenikmatan berkendara, tetapi mereka juga membentuk suatu komunitas. Para pemilik motor ini mengaku baru benar-benar dapat menikmati asyiknya bermotor setelah berada di atas sadel Harley. Ada kebanggaan tersendiri karena kesannya yang jantan, apalagi jika ditambah pernak-pernik jaket dan sarung tangan kulit plus lars tinggi, yang semuanya dipakai untuk kenyamanan dan keselamatan dalam berkendara.

Strategi prestige pricing ini diterapkan oleh perusahaan Harley Davidson dengan tujuan agar konsumen yang sangat peduli dengan statusnya, tertarik dengan produk dan kemudian membelinya. Maka dari itu, perusahaan harus mampu memahami knowledge/segala hal tentang kualitas produk, harapan tertinggi konsumen, dan target marketnya. Perusahaan harus terus menerus memahami kebutuhan konsumennya dan meningkatkan skill untuk meningkatkan prestige dari produk yang ditawarkan.

PRICE LINING

Strategi lining pricing adalah strategi dimana memberikan cakupan harga yang berbeda pada lini produk yang beda (mengelompokkan).
Contoh : Cineplex 21 Group
Bioskop 21 (Cineplex 21 Group) membentuk jaringan bioskopnya menjadi 3 merek terpisah, yakni Cinema 21, Cinema XXI, dan The Premiere untuk target pasar berbeda.

Setelah Cinema XXI berdiri, perlahan Cinema 21 berubah menjadi jaringan bioskop kelas dua, dengan sebagian besar film yang diputar merupakan film-film karya negeri sendiri dan film-film asing yang tidak diputar di Cinema XXI lagi. Harga tiket sebagai contoh di PIM berkisar antara Rp 15.000-Rp 25.000.

Perbedaan mencolok antara Cinema XXI dengan Cinema 21 adalah dengan disediakannya sejumlah fasilitas seperti games, cafe, lounge, hingga ruang merokok di sejumlah gerai XXI. Harga tiket berkisar antara Rp 20.000-Rp35.000._

The Premiere ditargetkan untuk pecinta film yang menginginkan fasilitas yang lebih mewah, seperti lobby khusus, kursi khusus layaknya kelas bisnis di dalam sebuah pesawat, dan juga selimut serta kemewahan-kemewahan lainnya. Harga tiket berkisar antara Rp 50.000 – Rp100.000._

_ODD-EVEN PRICING

Strategi menetapkan harga yang ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli lebih murah.
Contoh: Katalog harga supermarket

DEMAND-BACKWARD PRICING

Strategi harga demand-backaward ialah menentukan harga akhir yang dapat diterima oleh pelanggan dan bekerja dibelakang untuk menentukan apa yang dapat dibebankan oleh perusahaan terhadap pelanggan.
Contoh: Produsen Makanan Ringan
Strategi ini banyak ditemui pada produsen makanan ringan atau snack. Mereka mengurangi isinya sedikit demi sedikit untuk menjaga harga snack tersebut tetap diterima oleh konsumen.

BUNDLE PRICING

Penetapan harga dengan cara menjual produk dalam satu paket dengan satu harga tertentu yang lebih murah dibanding membeli satu unik produk masing-masing.
Contoh: DBroth Online Store – Blackberry Torch Accessories Bundle

Perusahaan jual beli online DBroth menawarkan paket aksesoris untuk Blackberry Torch dengan harga $69.99. Bila dibandingkan dengan harga eceran, akan jatuh lebih mahal. Seperti harga baterainya $24.99, travel charger $9.99, sync/charge Pod+micro SD card reader $26.99, data cable $7.99, dan car charger $6.99. Bila ditotal harganya mencapai $76,95 dan selisih dengan harga paket ialah $6,96.

Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya

STANDARD MARKUP PRICING

Harga ditentukan dengan jalan menambahkan presentase tertentu dan biaya pada semua item dalam suatu kelas produk.
Contoh: Carrefour
Supermarket Carrefour menjual berbagai macam kebutuhan mulai dari grocery, pakaian, elektronik, accessories, furniture, buku, dan masih banyak peralatan lainnya. Dari jenis-jenis kebutuhan tersebut, tentunya memasang markup pricing yang berbeda-beda sesuai dengan jenis took eceran dan jenis produk yang dijual. Sebagai contoh, pakaian dikenai tambahan 15%, sepatu 20%, furniture 35%, dan lain-lain.

Metode Penetapan Harga Berbasis Penyesuaian Geografis
(Uniform Delivered Pricing)

SINGLE-ZONE PRICING

Semua pembeli membayar delivered price yang sama dimana pun mereka berada.
Contoh: Dove
Harga shampoo dan sabun Dove di minimarket seperti Alfa Mart Bandung sama dengan Alfa Mart di Surabaya.

MULTIPLE-ZONE PRICING

Perusahaan membagi daerah penjualannya menjadi beberapa daerah geografis, setiap pembeli yang berada dalam daerah yang sama akan menanggung delivered price yang sama. Besarnya delivered price tergantung pada biaya trasportasi, tingkat persaingan, dan tingkat permintaan di daerah tersebut.
Contoh: Majalah dan surat kabar
Strategi ini sering kita temukan pada harga langganan surat kabar atau majalah untuk lokasi di pulau jawa dan luar pulau jawa. Contohnya harga majalah Kawanku untuk Pulau Jawa Rp 15.000 dan untuk luar Pulau Jawa Rp 16.000.