6 Cara Menentukan Support Dan Resistance Cara Ke 6 Akan Membuat Anda Tercengang

Hahahahaha, bete gak si lihat judul kayak gitu? Saya aja yang nulis judulnya bete lihat judul kayak gitu. Tapi semoga apa yang akan saya sharing berikut ini tidak membuat teman teman semua bete karena menurut saya menentukan support dan resistance itu hal mendasar yang harus dikuasai oleh siapapun yang ingin berinvestasi di pasar modal.

Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan bagaimana menentukan support dan resistance, luangkan waktu sebentar dan bayangkan sebuah gedung bertingkat yang menjulang tinggi ke angkasa. Ada puluhan bahkan ratusan lantai di Gedung tersebut. Lantai dan atap Gedungnya terbuat dari bahan trampoline seperti yang biasa dipakai oleh anak anak bermain di Houbii, Jumpstreet atau wahana trampoline lainnya.

Pada saat kita sedang enak enaknya berjalan keliling Gedung tersebut, tiba tiba kita terpersorok jatuh ke bawah. Ketika kita jatuh, beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :

1. Lantai di bawah kita tidak kuat menahan berat tubuh kita sehingga jebol dan kita akan jatuh ke lantai yang lebih rendah lagi dan begitu seterusnya sampai beban kita tak lagi terasa berat dan kemudian kita berhenti di lantai tertentu
2. Lantai di bawah kita cukup kuat untuk menahan tubuh kita dan bahkan lantai tersebut akan membuat kita membal kembali ke posisi semula atau bahkan lebih tinggi lagi
3. Lantai yang berada tepat di bawah kita cukup kuat untuk menahan tubuh kita dan kejatuhan kita langsung berhenti di lantai tersebut

Analogi nya memang terlihat agak maksa, tapi begitulah kira kira gambaran support dan resistance. Sebuah support adalah layaknya sebuah lantai yang menahan kejatuhan sebuah benda, sedangkan resistance adalah layaknya atap yang membatasi kenaikan sebuah benda. Jika dikaitkan dengan saham maka support adalah titik di mana secara “psikologis” diasumsikan bisa menahan kejatuhan harga saham, dan resistance adalah titik di mana secara “psikologis” diasumsikan bisa menahan kenaikan harga saham. Kenapa saya gunakan kata psikologis? Karena menurut saya, selain faktor teknikal yang digunakan untuk mengidentifikasi di mana titik support dan resistance, faktor psikologis trader juga berperan dalam menentukan support dan resistance tersebut. Bagaimanapun, partisipasi trader itulah yang sebenarnya membentuk titik support dan resistance, psikologis trader itulah yang kemudian mempengaruhi keputusan jual beli saham di sebuah titik tertentu. Saya pribadi, lebih senang melihat support itu sebagai sebuah area, bukan satu titik, kenapa? Karena faktor psikologis dan kondisi market yang terjadi saat itu bisa mempengaruhi kondisi support dan resistance pula. Dan dengan menggunakan area sebagai sebuah support adalah salah satu cara saya untuk mendistribusi resiko trading saya.

Oke, mari kita bahas bagaimana mengidentifikasi titik support dan resistance sebuah saham. Sebelumnya saya mohon maaf, karena sesuatu hal, tulisan ini belum bisa saya lengkapi dengan chart untuk menunjukkan contohnya, mungkin minggu depan sudah bisa saya lengkapi dengan contohnya. Semoga bisa dimengerti dan dimaklumi.

Cara pertama untuk menentukan support dan resistance adalah dengan melihat histori harga sebelumnya. Caranya simple, yakni dengan melihat harga tertinggi dan terendah sebuah saham dalam periode tertentu, tergantung time frame yang digunakan tapi umumnya dalam rentang 3 bulan. Meski banyak yang memakai patokan harga high dan low, ada kalangan trader yang memakai harga closing sebagai support / resistance, tapi saya pribadi lebih senang menggunakan harga low dan high. Contohnya adalah INKP di 5950 dan PGAS di 1445 sebelum akhirnya support itu dijebol.

2. Garis Moving Average

Cara kedua untuk melihat titik support dan resistance adalah dengan memperhatikan posisi harga saat ini dibandingkan dengan posisi garis moving averagenya. Posisi harga apakah berada di atas atau di bawah garis moving average akan menentukan apakah garis moving average itu sebagai support atau resistance. Memang, ada beberapa pendekatan dalam perhitungan garis moving average, ada Simple Moving Average (SMA/MA), ada exponential moving average (EMA) dan juga ada Weighted Moving Average (WMA). Mana yang sebaiknya kita pake untuk menentukan support dan resistance?? Saya pribadi menggunakan pendekatan SMA karena lebih simple, memang kadang beberapa saham lebih pas, lebih cocok pake pendekatan MA lainnya, tapi secara umum, pendekatan SMA ini yang paling banyak digunakan. Lalu berapa periode SMA yang kita gunakan? Jika kita mau menggunakan prinsip umum, maka SMA periode 5, 10, 20, 60 dan 200 merupakan rujukan yang pas karena bagaimanapun periode tersebut adalah periode default yang banyak digunakan oleh trader sehingga akan membentuk persepsi yang sama terhadap titik support dan resistance nya. Beda cerita kalo kita sudah mengenal karakter gerakan sebuah saham dan kemudian memahami bahwa saham tersebut cenderung lebih patuh terhadap periode periode MA di luar periode MA default tadi.

3. Garis Fibonacci

Fibonacci pada dasarnya adalah nama dari seorang ahli matematika di Itali pada jaman dahulu kala. Nama lengkapnya adalah Leonardo Fibonacci. Tapi saya tidak akan membahas detail soal siapa Leonardo Fibonacci dan bagaimana perhitungan angka Fibonacci itu sendiri, saya lebih akan membahas penggunaan finobacci dalam penentuan support dan resistance. Sebenarnya dalam trading, Garis Fibonacci itu ada beberapa macam, ada Fibonacci retracement, Fibonacci extension, Fibonacci fan, Fibonacci arcs dan Fibonacci timezome. Namun yang paling banyak digunakan oleh trader sebagai pendekatan Analisa hanyalah Fibonacci Retracement dan Fibonacci Expansion. Untuk penentuan Support dan Resistance sendiri, umumnya yang digunakan adalah garis Fibonacci Retracement. Cara menarik garis Fibonacci yang saya gunakan sangat simple yaitu hanya mencari titik tertinggi ( swing High) dan titik terendah (swing low ) dalam rentang 3 bulan terakhir dan garis garis yang terbentuk setelah itu bisa kita anggap sebagai garis support dan resistance. Memang, ada pemahaman bahwa tidak semua garis Fibonacci perlu kita perhatikan, kita hanya focus pada garis garis golden ratio yang umumnya adalah area garis 38.2%, 50% dan 61.8%, tapi saya pribadi termasuk trader yang memakai semua garis Fibonacci adalah garis support dan resistance dengan mengombinasikan Fibonacci dengan Analisa teknikal lainnya.

4. Garis Trendline

Cara keempat dalam menentukan support dan resistance adalah dengan menggunakan garis trend (trendline). Trend itu sendiri merupakan kecenderungan arah pergerakan harga saham, downtrend berarti arah bergerak turun, uptrend berarti saham cenderung bergerak naik, dan trendless atau lebih dikenal sebagai sideways berarti harga cenderung bergerak mendatar, naik turun dalam range tertentu. Untuk dapat menggambar garis trendline, yang pertama harus kita lakukan adalah mengidentifikasi titik high, titik higher high, titik lower high dan titik low, titik higher low dan titik lower low dari sebuah saham. Untuk saham yang sedang dalam posisi uptrend, maka penarikan garisnya adalah dari titik high dan higher high untuk membentuk garis resistance, dan titik low ke higher low untuk membentuk garis support, gabungan keduanya akan menjadi sebuah trendline channel, tetapi kita bisa saja hanya menggambar salah satu garis saja tergantung kebutuhan kita. Untuk saham yang sedang dalam posisi downtrend, penarikan garisnya adalah dari titik high ke lower high untuk resistance nya dan titik low ke lower low untuk garis supportnya. cmiiw

5. Pivot point

Pivot point sebenarnya agak mirip dengan Fibonacci, bedanya untuk Fibonacci kita harus mengidentifikasi titik high dan titik low sebagai awal dan akhir untuk menarik garis Fibonacci yang bisa saja identifikasi titik high dan low ini berbeda bagi masing masing trader sehingga bisa dibilang sangat subyektif, sedangkan untuk pivot point lebih obyektif karena dasar yang digunakan untuk penentuan support dan resistance adalah harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah dan harga penutupan pada hari trading sebelumnya. Tidak perlu menghapalkan bagaimana rumus untuk menghitung pivot point, support dan resistance dari harga yang sudah ada, karena di internet sudah banyak yang menyediakan kalkulator pivot point secara gratis, contohnya adalah yang ada di investing ini.

/tools/pivot-point-calculator

Jika kita pake investing untuk menghitung pivot point ada 4 tampilan hasil perhitungan yakni, Classic, Woodie, Camarilla dan DeMarks. Dari keempat itu, yang banyak digunakan sebagai acuan adalah yang Classic, tapi kalo mau menggunakan hitungan yang lain ya silahkan saja.

6. Angka bulat, angka psikologis tertentu

Percaya tidak percaya, ada kalanya pergerakan harian harga sebuah saham itu terbatas pada angka angka bulat, 500, 1000, 1500, 2000, 6000 dan seterusnya. Ini memang tidak ada dasar teorinya, tapi seringkali angka tersebut menjadi angka psikologis para trader yang pada akhirnya seolah olah menjadi titik support dan resistance itu sendiri. Karena tidak ada dasar teorinya, kalau mau dipake silahkan, tidak dipakai juga tidak salah. Tapi coba deh perhatikan saham saham kita, ada kalanya memang seringkali susah tembus di angka angka tertentu.

Semoga bermanfaat.