Siapa Saja Manusia Terbaik Menurut Rasulullah SAW

Dalam berbagai hadis, Rasulullah SAW menunjuk kriteria manusia terbaik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah satu sifat manusia biasa ialah senang pujian. Lebih luar biasa lagi, bila pujian itu datang dari manusia paling mulia. Dialah Rasulullah Muhammad SAW.

Dalam berbagai hadis, Nabi Muhammad SAW menghaturkan pujian kepada orang-orang tertentu dari umatnya. Beliau tidak sekadar menunjuk pada nama-nama tertentu, melainkan siapapun Muslimin yang melakukan suatu perkara kebajikan.

Siapa saja manusia terbaik di mata beliau? Berikut daftarnya.

Generasi sahabat

Dalam menyiarkan dakwah Islam, Rasul SAW ditopang oleh para sahabatnya. Mereka dengan setia mendampingi beliau dalam memperjuangkan tegaknya Kalimat Tauhid. Kalangan sejarawan menggelari mereka sebagai generasi yang hidup dalam masa Al-Qurun al-Mufadhalah, zaman yang dimuliakan.

Sesungguhnya, tidak hanya generasi sahabat Nabi SAW, melainkan juga dua generasi sesudahnya, yakni para tabi’in dan tabiut taabi’in. Hal itu berdasarkan sabda Nabi SAW: “Yang terbaik dari kalian adalah orang-orang yang hidup di zamanku (sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (tabi’in), kemudian orang-orang setelah mereka (at-tabiit taabi’in).”

Pembelajar Alquran

Kitab suci Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh alam semesta. Beruntunglah mereka yang mendapatkan cahaya pemahaman Alquran. Merugilah mereka yang lalai dari membacanya.

Rasulullah SAW menyukai orang-orang yang dekat dengan Alquran, khususnya dalam rangka menuntut ilmu. Beliau bersabda, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari Alquran dan mengamalkannya.”

Pelaku kebajikan

Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik di antara kalian adalah orang yang selalu diharapkan kebaikannya dan orang-orang pun merasa aman (terlindung) dari keburukannya. Orang yang paling buruk adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya serta manusia tidak merasa aman dari keburukannya.”

Maknanya, beliau memuji siapapun Muslimin yang kiprah utamanya di tengah masyarakat adalah kebajikan. Seorang Muslim yang konsisten dalam kebaikan akan terasa sebagai penentram kehidupan orang-orang sekitarnya. Sebaliknya, seorang Muslim yang membuat orang-orang sekitarnya ketakutan, itulah yang dikecam Nabi SAW.

Beliau juga pernah berpesan, “Orang yang paling baik Islamnya di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya jika ia mengetahuinya.”

Suami yang baik

Menjadi kepala keluarga adalah salah satu peran yang penting. Seorang suami diharapkan menjadi imam dan teladan yang baik bagi keluarganya. Dalam hubungannya dengan sang istri pun diharuskan baik.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku yang paling baik daripada kalian terhadap istriku.” Alhasil, setiap Muslim pun hendaknya mengikuti contoh Nabi SAW dalam menjalani perannya sebagai suami.

Baik dalam perkara utang

Tak selalu manusia hidup dalam keadaan berkecukupan atau lebih. Kadangkala, kondisi finansial meredup sehingga utang pun menjadi opsi.

Dalam Islam, berutang boleh saja. Akan tetapi, seorang yang berutang hendaknya juga memakai adab. Misalnya, jangan menunda-nunda pembayaran utang bila keadaan memang memungkinkan untuk melunasinya.

Dari Abu Rafi’, diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah meminjam seekor unta muda kepada seorang laki-laki. Ketika unta sedekah tiba, maka beliau pun memerintahkan Abu Rafi’ untuk membayar unta muda yang dipinjamnya kepada laki-laki tersebut.

Abu Rafi’ kembali kepada beliau seraya berkata, “Aku tidak mendapatkan unta muda kecuali unta yang sudah dewasa.”

Beliau bersabda, “Berikanlah kepadanya. Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik dalam membayar hutang.”